Organisator Perkosaan Massal.
Oleh: "Pengemban Amanat Reformasi" (---@starmail.com)

Ketika dimintai komentarnya sehubungan dengan adanya kasus perkosaan wanita secara massal dan terorganisir di Jakarta medio Mei lalu, Uskup Belo menyatakan bahwa bila kasus perkosaan di Jakarta baru terjadi saat itu, nun jauh di Timor Timur hal yang sama telah terjadi sejak beberapa tahun yang lalu. Lebih jauh komentar Belo seperti yang disiarkan pada "Jurnal-30" Radio Ramako tanggal 17 Juli 1998 sebagai berita pertamanya akan kami kutipkan sebagai berikut.

Sejak hari pertama Belo menduduki posnya di Atambua, beliau langsung menerima laporan adanya kasus-kasus perkosaan terhadap kaum wanita warga Timor Timur. Perkosaan tersebut dilakukan oleh hansip-hansip dan tentara-tentara yang bertugas di sana. Terhadap pejuang-pejuang Timor Timur yang tertangkap, prajurit-parjurit ABRI tidak segan-segan memperkosa isteri-isteri dan anak-anak gadis para pejuang tersebut di hadapan para suami dan bapaknya. Hal itulah yang membuat mereka, warga Timor Timur mempunyai kesan jelek terhadap bangsa Indonesia. Sehingga dapat dipahami bahwa sebagian besar dari mereka menjadi anti-integrasi. Demikian menurut Belo.

Dari berita-berita mengenai kejadian kerusuhan dan perkosaan bulan Mei lalu di Jakarta; baik menurut Team Relawan, Komnas HAM, maupun LSM lainnya; disimpulkan bahwa para pelaku-nya adalah suatu kelompok yang terorganisir. Berita baik yang informal (dari internet) hingga koran/majalah formal pun telah secara gamblang menyebutkan bahwa pelaku kerusuhan/perkosaan pada medio Mei di Jakarta adalah para 'pelajar' tua yang berambut cepak (oknum yang berambut cepak tetapi memakai seragam SMU dan berbadan kekar).

Anak-anak SD pun, bila membaca berita tersebut, tentu tahu siapa gerangan yang menyamar menjadi 'kakak'-nya tadi. Segerombolan muka-tua berambut cepak dan berbadan kekar, yang berpura-pura menjadi pelajar SMU tetapi berperilaku sadis biadab, siapa lagi kalau bukan anggota ABRI. Team Relawan & Komnas HAM, sekalipun tidak secara eksplisit menyebutkan kelompok tertentu, tetapi pasti yang dimaksud adalah suatu kelompok dari ABRI. Hanya karena norma kesopanan serta berpegang pada azas praduga tak bersalah saja, mereka tidak mau menyatakan kesimpulan mereka secara 'to the point'.

Kesimpulan tadi pasti didasarkan oleh fakta, bahwa saat kejadian di Jakarta hampir tidak terlihat adanya pasukan ABRI berseragam yang menindak perusuh & pemerkosa tersebut. Malahan tersiar berita, bahwa Polri-pun harus mengosongkan lapangan untuk memberikan kesempatan kepada kaum penjarah. Di mana saat itu si 'srigala bermuka ganteng', Syafrie Samsudin, sebagai penguasa teritorial, apakah dikau juga ikut pakai seragam 'putih abu-abu'?

Sangat aneh bahwa ibukota yang diharapkan paling aman, sampai-sampai Kapolda-nya sesumbar bahwa peristiwa Medan dijamin tidak bakal terjadi di sini; tetapi prestasi kerusuhannya sangat 'membanggakan'. Kota Solo, tempat di mana salah satu unit Kopassus (yang katanya pasukan elite) bermarkas, juga hancur lebur.

Kalau kita mau menarik kesimpulan lebih lanjut, peristiwa-peristiwa Timor Timur seperti dikemukakan oleh Uskup Belo, kerusuhan/perkosaan di Jakarta dan Solo, penembakan mahasiswa Trisakti, serta penculikan aktivis-aktivis pro-reformasi; jelaslah bahwa adanya kemiripan pelakunya, yaitu suatu kesatuan/kelompok kekuatan di tubuh ABRI yang menginginkan status-quo serta pendukung rezim Orde-Baru.

Beberapa artikel di 'Indonesia Daily News Online', telah secara gamblang menyebut beberapa jenderal keparat sebagai aktor intelektual di balik semua peristiwa yang merendahkan martabat bangsa itu. Demikian pula, Pangab Jenderal Wiranto dan Dan PusPom ABRI MayJend Syamsu Jalal telah mengakui keterlibatan beberapa anggota Kopassus sebagai pelaku penculikan aktivis.

Sekarang yang diharapkan masyarakat luas adalah keberanian Jenderal Wiranto, sebagai penguasa ABRI tertinggi untuk bertindak mengusut secara tuntas, bukan hanya sampai kepada para pelaku di lapangan saja, tetapi hingga pucuk pimpinan pasukan elite tersebut. Wiranto perlu menunjukkan kepada bangsanya dan juga ke mata internasional bahwa ABRI tidak pandang bulu di dalam memberikan jaminan rasa aman di wilayah Republik Indonesia yang kita cintai. Karena dengan demikian, akan terciptalah iklim politik yang kondusif, yang sangat dibutuhkan untuk membangun kembali ekonomi negara kita yang sedang terpuruk ke titik nadir ini.

Marilah kita bersama berdoa semoga Tuhan YME memberikan kekuatan dan keteguhan kepada Jenderal Wiranto serta pimpinan ABRI lainnya yang nasionalis, agar mereka berani bertindak menegakkan kebenaran di dalam menindak rekan-rekannya sesama anggota ABRI yang telah tersesat dan berubah menjadi monster mengerikan bagi sesama warga negara republik ini. Semoga .........


BACK


Copyright © 1998 INDO CHAOS All rights reserved.