AMIEN RAIS.
Bagian Pertama (05.06.98) Oleh: Lion.

Di tengah-tengah berbagai aksi kerusuhan demi kerusuhan dan pernyataan demi pernyataan yang melecehkan dan menindas HAM Warga Negara Indonesia.
Keturunan Cina (WNIKC) selama ini, atau mereka yang bersikap masa bodoh terhadap nasib WNIKC, Seolah-olah nuraninya sama sekali tak tersentuh, ternyata masih ada orang yang menaruh perhatian cukup besar bagi manusia-manusia yang dicipta oleh Tuhan dengan nama Cina (berkewarganegaraan Indonesia itu) di dunia ini. Orang itu bahkan bukan dari WNIKC sendiri atau dari orang yang beragama Kristen. Agama yang mayoritas dianut oleh WNIKC di Indonesia. Tetapi dari seorang tokoh agama Islam Indonesia! Dialah Amien Rais, Ketua Umum PP Muhammadiyah. Salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan umatnya sekitar 28 juta orang! Yang sekarang ini dikenal sebagai "Lokomotif Reformasi", atau "Bapak Reformasi Indonesia."

Ketika banyak orang membungkuk bahkan ada yang menyembah-nyembah dan menjilat-jilat di hadapan Soeharto sewaktu dia masih menjadi presiden RI, boleh dikata Amien Raislah satu-satunya tokoh yang berani bicara lantang tanpa tedeng aling-aling menentang arus pada waktu itu. Dia berani berhadapan dengan Soeharto dalam mengambil sikap.

Yang saya hargai pula dari sikap Amien Rais adalah sikapnya yang konsisten dalam bersikap kritis terhadap pemerintah. Beberapa tokoh memang ada yang bersikap kritis, tetapi ketika ada reaksi langsung dari Soeharto, biasanya nyali mereka ciut, dengan berkomentar seperti: "Oh, maksud saya bukan berkata seperti itu! Maksud saya begini ...", atau "Wartawan salah menafsirkan maksud saya ...." Pokoknya berkilah. Seolah-olah kalau berhadapan langsung dengan Soeharto, dan ketika Soeharto memandang matanyanya. Dia langsung menunduk, tak berani balas memandang. Tidak demikian dengan Amien Rais. Ketika pernyataan mendapat reaksi keras dari pemerintah (Soeharto) dia tetap konsisten dan konsekuen dengan pernyataannya dan siap mengambil segala risiko. Dalam kasus Freeport dan Busang, misalnya, kritikan pedasnya yang "tembak langsung" kepada pemerintah tetap dipertahankan sekalipun akhirnya dia harus terpaksa mundur dari posisi Ketua Dewan Pakar ICMI.

Sejak beberapa tahun lalu Amien Rais sudah berkali-kali menyatakan agar Soeharto jangan lagi dipilih sebagai presiden. Dia bahkan sempat "memperingatkan" MPR agar dalam SU MPR tahun 1998 jangan memilih Soeharto lagi. Alasannya Soeharto sudah terlalu tua, sudah sepuh. Katanya, "Bila MPR tetap memilih Soeharto sebagai presiden, berarti MPR telah berbuat zalim."

Yang terjadi kemudian kita semua sama mengetahui, MPR yang memang hasil rekayasa itu tetap memilih Soeharto sebagai presiden RI untuk ketujuh kalinya.
Bahkan keputusan itu diambil secara aklamasi dan disambut dengan standing ovation! Banyak orang pun menyembah semakin dalam, dan mengeluarkan semua kalimat pujiannya untuk setiap tindakan dan ucapan Soeharto. Di tengah-tengah situasi demikian, Amien Rais tidak terpengaruh ikut arus. Bahkan di depan massa mahasiswa UGM Yogyakarta, dia dengan lantang memberi batas waktu enam bulan kepada Soeharto untuk mengatasi krisis yang melanda bangsa ini. Kalau tidak berhasil Soeharto harus bersedia turun, katanya.
Kenyataannya tak sampai enam bulan. Hanya dua bulan Soeharto pun terpaksa lengser keprabon. Dan dalam tempo hanya dua bulan itu para penjilat dan penyembah, mereka yang dulu memilih Soeharto secara aklamasi dengan standing ovation segala, yang memuji-muji setiap ucapan dan tindakan Soeharto, tiba-tiba berubah seratus delapan puluh derajat. Menyebrang ke "perahu reformasi" sambil ikut-ikutan berteriak-teriak menentang Soeharto, dan pro reformasi, yang sebelumnya ditentang! Luar biasa!.

Ketika terjadi berbagai kerusuhan Anti Cina di Indonesia, yang seolah-olah mencapai puncaknya dalam peristiwa kerusuhan besar di Medan dan Jakarta. Amien Rais pun muncul dengan pernyataan-pernyataan yang terasa menyejukkan bagi WNIKC.
Bagaimana tidak terasa menyejukkan ketika pada paska kerusuhan boleh dikatakan tidak ada satu pun tokoh masyarakat, LSM, dan pemerintah yang menyatakan rasa simpatiknya terhadap WNIKC yang HAM-nya diinjak-injak secara terang-terangan dan tanpa perlindungan yang memadai itu. Yang ada bahkan tulisan atau komentar-komentar yang malah bernada menyalahkan WNIKC dan pemerintah.
Misalnya dari Probosutedjo yang berkomentar dia merasa terharu dan menangis ketika menyaksikan di televisi massa mengamuk dan menjarah. Katanya itu merupakan bukti rakyat selama ini lapar. Dan mereka hanya mengambil kembali apa yang selama ini menjadi hak mereka. Gus Dur pun berkomentar bahwa jangan-jangan harta yang dijarah itu pun hasil jarahan juga! Bahkan Kwik Kwan Gie pun hanya mau memandang dari segi ekonomi semata.

Dalam beberapa kesempatan berbicara di depan umatnya, maupun pada kesempatan lain, dan di televisi, Amien berujar bahwa hendaknya kita mau berpikir jernih terhadap WNIKC. Karena mereka juga manusia yang berhak bendapat perlakuan manusiawi. Mereka adalah ciptaan dan umat Tuhan juga. Mereka juga mempunyai rasa takut, rasa tertekan. Agama manapun tidak menganjurkan umatnya untuk memperlakukan sesama umat Tuhan secara tidak layak, atau tidak manusiawi.
Terakhir Amien pun berkata terus-terang bahwa tanpa WNIKC Indonesia juga akan susah (karena mereka merupakan bagian dari urat nadi ekonomi negeri ini).
Maka kita harus saling merangkul dalam satu persaudaraan sebagai bangsa Indonesia untuk bersama-sama membangun.
Amien juga sekarang tidak tabu untuk berbicara di gereja. Seperti yang dilakukan pada hari Kamis, 04 Juni 1998 lalu di Gereja Kristen Jawi di Margoyudan, Solo.

Jika kita mau berpaling ke belakang. Maka sikap Amien Rais sekarang ini. Khususnya terhadap WNIKC dan Kristen berbeda jauh dengan dulu. Dulu Amien Rais bahkan sempat dicurigai dan dibayangi stereotipe sebagai Anti Cina dan Anti Kristen. Di samping anti Barat. Khususnya AS. Atau sebagai seorang yang sektarian dan fundamentalis.
Lalu mengapa sekarang Amien berubah ?.
Saya akan mencoba menyimaknya di kesempatan yang akan datang.***


BACK


Copyright © 1998 INDO CHAOS All rights reserved.