Harus Lewat Pintu Mana?
(12.05.98) Oleh: Dahlan Iskandar (jayabaya@usa.net).

"Reformasi !," teriak mahasiswa.
"Jangan !!," teriak menteri.
"Reformasi !!!!," teriak mahasiswa.
"Silakan...," kata presiden.

Tapi, lewat pintu mana ?.

Pintu Satu:
Misalkan harus lewat pintu DPR. Berarti harus tergantung pada apa kata Golkar dan apa kemauan Golkar. Dialah yang menguasai mayoritas tunggal. Tapi, Golkar juga tidak bisa berbuat apa-apa tanpa tahu apa yang sebenar-benarnya yang diinginkan Pak Harto. Begitu Golkar mengambil langkah yang ternyata tidak diinginkan Pak Harto, tentu, tidak akan bisa jalan. Sebagai ketua Dewan Pembina Golkar, Pak Harto berkuasa penuh atas Golkar. Termasuk bisa membubarkan DPP Golkar. Dengan demikian, "lewat pintu DPR" berarti juga harus mengetuk pintu Golkar. Dan itu berarti harus mengetuk "pintu Pak Harto".

Pintu Dua:
Misalkan lewat ABRI dan misalkan tiba-tiba ABRI memihak aspirasi yang hidup saat ini. Maka, itu berarti juga harus mengetuk dulu "pintu Pak Harto". Sebagai panglima tertinggi ABRI, Pak Harto adalah pemegang komando tertinggi yang harus ditaati seluruh jajaran ABRI. Karena itu, ABRI dhi (dalam hal ini) adalah Pak Harto juga.

Pintu Tiga:
Misalkan reformasi tersebut kita lakukan lewat pintu MPR atau Sidang Istimewa MPR. Di samping harus lewat DPR dhi Golkar dhi Pak Harto, berarti juga harus mengetuk pintu FABRI dhi Pangab dhi Pak Harto dan juga FUD dhi gubernur dhi Mendagri dhi presiden dhi Pak Harto.

Pintu Empat:
Misalkan reformasi harus dilakukan lewat pintu dua parpol. Ini berarti juga harus lewat pembina politik dalam negeri dhi Mendagri dhi presiden dhi Pak Harto.

Pintu Lima:
Lewat kampus. Maka, harus disalurkan lewat pintu rektor dhi Mendikbud dhi presiden dhi Pak Harto.

Kita setuju reformasi harus dilakukan sesuai dengan aturan dan konstitusi. Tapi, di manakah pintu untuk memasukinya ?, Semua pintu "dijaga" oleh Pak Harto.

Itulah sebabnya, dalam tulisan beberapa bulan lalu, saya menginginkan pintu satu-satunya yang tersedia : yakni dekrit presiden. Hanya Pak Harto yang bisa memulainya. Kalau Pak Harto mau reformasi hari ini, hari ini juga reformasi bisa jalan. Kalau Pak Harto baru mau reformasi tahun 2003, baru saat itu pula akan terjadi reformasi. Atau negara sudah keburu ambruk.

"Reformasi!," teriak mahasiswa.
"Ya, ya, silakan," kata menteri.

Tapi, tolong, tunjukkan, harus lewat pintu mana ?.


BACK


Copyright © 1998 INDO CHAOS All rights reserved.